- Tag #Fakta , #Islam
Doa merupakan aktivitas seorang hamba untuk meminta kepada pencipta tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Layaknya Shalat, berdoa pun memiliki adab. Umat Muslim umumnya selalu mendahkan tangan ke langit saat berdoa kepada Allah SWT usai shalat. Adab ini menurut Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu alasan dihijabahnya doa seorang hamba. Lalu timbul pertanyaan, jika Allah SWT tidak terikat arah, kenapa hambanya harus menadahkan tangan saat berdoa?
Banyak hadist yang mengungkapkan tentang alasan Islam tentang menadahkan tangan ketika berdoa. Bahkan sebagian para ulama ada yang mengatakan bahwa hadisnya mencapai derajat mutawatir maknawi. Berdoa dengan menadahkan tangan hukumnya sunnah jika dilakukan saat berdoa meminta hujan, berdoa saat di bukit Shafa dan di Marwah, saat di Arafah, jumrah ‘ula di hari-hari tasyriq dan jumrah wustha. Namun mendahkan tangan akan menjadi bid’ah ketika memanjatkan doa ditengah shalat. Misalnya doa dalam dua suju, saat tasyahud akhir.
Terkait pertanyaan kenapa hambanya harus menadahkan tangan saat berdoa, seorang ulama Al Azhar, Al Muhaddits Syeikh Ahmad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi (1380 H) telah menyebutkan bahwa hal ini berkenaan dengan masalah ubudiyah, seperti menghadap kiblat saat melaksanakan shalat, dan meletakkan kening ke bumi saat sujud, maka menadahkan tangan seakan-akan langit merupakan kiblat saat berdoa.
Dalam surat Adz-Dzariyat : 22 Allah berfirman “Dan di langit ada rezeki kalian dan apa-apa yang dijanjikan”
Langit memang menjadi tempat turunnya rezeki. Di sanalah Allah menurunkan hujan yang menjadi rahmat dan rezeki bagi manusia. Langit menjadi tempat para malaikat, dimana Allah memutuskan perintah kepada mereka, hingga mereka menurunkannya ke penduduk bumi. Ringkasnya, langit adalah tempat pelaksanaan keputusan, maka doa ditujukan ke langit.
Nabi Muhammad SAW pernah bersanda “Sesungguhnya Tuhan kalian Yang Maha Suci dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup dan Mulia, Dia merasa malu dari hamba-Nya apabila ia mengangkat kedua tanganya kepada-Nya dan mengembalikannya dalam keadaan kosong.” (HR. Abu Dawud 1488, Turmudli 3556 dengan sanad shahih, lihat Shahihul Jami’ 1753)
Hal ini mungkin menjadi alasan, kenapa Nabi SAW mengatakan bahwa menadahkan tangan menjadi salah satu penyebab terkabul atau tidaknya doa. Dibalik itu, doa dengan menadahkan tangan ke langit juga memiliki filosofi tentang Tuhan.
Mengangkat tangan saat berdoa menunjukkan bahwa Allah SWT berada di atas , tepatnya di Arsy di atas langit ke tujuh. Kegiatan ini menunjukkan kerendahan hamba di hadapan Tuhannya.
Menadahkan tangan juga bermakna bahwa Allah adalah Dzat yang mengatur alam semesta, dan berbuat sekehandak-Nya. Oleh karena itulah Dia berhak di ibadahi dan dimintai serta direndahkan diri pada Nya dengan serendah-rendahnya, karena memang barang siapa yang meyombong pada Nya akan memperoleh kehinaan dan yang orang yang merasa cukup dengan keutamaan Nya akan memperoleh kefaqiran.
Dalam mengangkat tangan juga menunjukkan bahwa Allah Dzat yang Maha Pengasih dan Pemurah, yang akan mengabulkan semua permintaan hamba Nya, tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni oleh Nya, tidak ada kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi Nya, oleh karena itu Allah Malu melihat hamba Nya yang mengangkat tangan pada Nya kemudian mengembalikannya dalam keadaan hampa, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah.
Semua syariat Allah Ta’ala pasti mengandung hikmah yang sangat tinggi tak terbatas. Akal pikiran kita terlalu lemah untuk bisa mengungkap hikmah dibalik semua syariat yang ditetapkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Cukuplah bagi kita merupakan sebuah keutamaan kalau kita bisa mengungkap sebagiannya.
Banyak hadist yang mengungkapkan tentang alasan Islam tentang menadahkan tangan ketika berdoa. Bahkan sebagian para ulama ada yang mengatakan bahwa hadisnya mencapai derajat mutawatir maknawi. Berdoa dengan menadahkan tangan hukumnya sunnah jika dilakukan saat berdoa meminta hujan, berdoa saat di bukit Shafa dan di Marwah, saat di Arafah, jumrah ‘ula di hari-hari tasyriq dan jumrah wustha. Namun mendahkan tangan akan menjadi bid’ah ketika memanjatkan doa ditengah shalat. Misalnya doa dalam dua suju, saat tasyahud akhir.
Terkait pertanyaan kenapa hambanya harus menadahkan tangan saat berdoa, seorang ulama Al Azhar, Al Muhaddits Syeikh Ahmad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi (1380 H) telah menyebutkan bahwa hal ini berkenaan dengan masalah ubudiyah, seperti menghadap kiblat saat melaksanakan shalat, dan meletakkan kening ke bumi saat sujud, maka menadahkan tangan seakan-akan langit merupakan kiblat saat berdoa.
Dalam surat Adz-Dzariyat : 22 Allah berfirman “Dan di langit ada rezeki kalian dan apa-apa yang dijanjikan”
Langit memang menjadi tempat turunnya rezeki. Di sanalah Allah menurunkan hujan yang menjadi rahmat dan rezeki bagi manusia. Langit menjadi tempat para malaikat, dimana Allah memutuskan perintah kepada mereka, hingga mereka menurunkannya ke penduduk bumi. Ringkasnya, langit adalah tempat pelaksanaan keputusan, maka doa ditujukan ke langit.
Nabi Muhammad SAW pernah bersanda “Sesungguhnya Tuhan kalian Yang Maha Suci dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup dan Mulia, Dia merasa malu dari hamba-Nya apabila ia mengangkat kedua tanganya kepada-Nya dan mengembalikannya dalam keadaan kosong.” (HR. Abu Dawud 1488, Turmudli 3556 dengan sanad shahih, lihat Shahihul Jami’ 1753)
Hal ini mungkin menjadi alasan, kenapa Nabi SAW mengatakan bahwa menadahkan tangan menjadi salah satu penyebab terkabul atau tidaknya doa. Dibalik itu, doa dengan menadahkan tangan ke langit juga memiliki filosofi tentang Tuhan.
Mengangkat tangan saat berdoa menunjukkan bahwa Allah SWT berada di atas , tepatnya di Arsy di atas langit ke tujuh. Kegiatan ini menunjukkan kerendahan hamba di hadapan Tuhannya.
Menadahkan tangan juga bermakna bahwa Allah adalah Dzat yang mengatur alam semesta, dan berbuat sekehandak-Nya. Oleh karena itulah Dia berhak di ibadahi dan dimintai serta direndahkan diri pada Nya dengan serendah-rendahnya, karena memang barang siapa yang meyombong pada Nya akan memperoleh kehinaan dan yang orang yang merasa cukup dengan keutamaan Nya akan memperoleh kefaqiran.
Dalam mengangkat tangan juga menunjukkan bahwa Allah Dzat yang Maha Pengasih dan Pemurah, yang akan mengabulkan semua permintaan hamba Nya, tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni oleh Nya, tidak ada kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi Nya, oleh karena itu Allah Malu melihat hamba Nya yang mengangkat tangan pada Nya kemudian mengembalikannya dalam keadaan hampa, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah.
Semua syariat Allah Ta’ala pasti mengandung hikmah yang sangat tinggi tak terbatas. Akal pikiran kita terlalu lemah untuk bisa mengungkap hikmah dibalik semua syariat yang ditetapkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Cukuplah bagi kita merupakan sebuah keutamaan kalau kita bisa mengungkap sebagiannya.