- Tag #Islam
Jika dalam sebuah hadist Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, bukan berarti para pria bisa tenang begitu saja. Sungguh ada golongan pria yang harus menderita di neraka karena mengabaikan tanggungjawabnya terhadap wanita.
Mereka adalah pria yang tidak mempedulikan anak-anaknya, atau sebagai suami yang tidak menjaga istrinya, sebagai saudara yang tidak menjaga kehormatan saudainya, dan seorang putra yang orang tuanya sudah tuan, namun tidak menjaga dan merawatnya dengan baik. Berikut ini uraian dari golongan pria yang masuk neraka
1. Ayah Durhaka
Golongan pria pertama yang masuk neraka adalah ayah yang tidak bertanggungjawab terhadap anak-anaknya. Ayah bukan hanya sekedar pasangan dari ibu, ayah bukan sekedar mesin ATM, setelah itu selesai urusan, ayah bukanlah sosok asing di rumah yang bicara seperlunya, atau hanya diperlukan Ayah merupakan pria yang bertanggungjawab terhadap keluarga, istri dan putra-putrinya. Tidak hanya bertanggungjawab terhadap , tapi juga akhlaknya, pendidikan, dan keberhasilan dunia dan akhirat. Inilah pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin, Seorang lelaki adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka.” (HR. Muslim)
Sementara dalam Alquran, Allah juga telah menggariskan tugas setiap orang beriman.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu atas api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS.At Tahrim:6)
Ayah merupakan benteng penjaga bagi putra-putrinya dari perbuatan maksiat dan dosa. Jangan sampai seorang ayah kehilangan kepekaan iman, sehingga membiarkan anggota keluarganya larut dalam gelimang maksiat dan dosa. Atau yang lebih parah Ia sendiri yang menjerumuskan istri dan anak-anaknya dalam dosa. Ada ancaman yang sangat berat terhadap ayah yang tidak perduli terhadap agama dan akhlaq putra putrinya.
Seperti ayah yang tidak peduli dengan pakaian anak-anaknya, membiarkan auratnya terbuka dan menjadi pemandangan umum. Atau seorang ayah yang membiarkan anaknya pergi berdua-duaan dengan lelaki lain yang bukan muhrimnya. Para pria seperti ini disebut dayyus, dan dayyus termasuk terancam orang yang tidak masuk surga. Jika surga tidak menerima, tentu neraka lah tempat kembalinya.
Tiga golongan yang Allah haramkan surga atas mereka adalah pecandu khamr, durhaka kepada orang tua dan dayus, yaitu orang yang tidak cemburu ketika bermaksiat orang bermaksiat dengan keluarganya. (HR Ahmad)
Ancaman terhadap ayah yang menjadi dayus sejatinya bertujuan agar mereka menjadi pemimpin yang baik bagi anggota keluarga lainnya. Hari-hari ini, banyak ayah yang merasa tanggungjawab dan pengasuhan anak sepenuhnya ada di Ibu. Ia sudah merasa cukup memenuhi mereka dengan berbagai fasilitas.
2. Suami yang Dzalim
Golongan kedua yang akan menjadi penghuni neraka yaitu suami yang durhaka dan dzalim kepada istrinya. Istri merupakan amanah yang dititipkan walinya kepada seorang pria yang bernama suami. Wali wanita itu tentu mau melepaskan anak, saudara mereka karena mereka yakin suaminya dapat menjaga anak dan saudara mereka dengan baik.
Pesan berbuat baik kepada wanita bukan saja harapan setiap wali, tetapi perintah yang jelas ditegaskan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam kitab dan sunnah.
....Dan bergaullah dengan mereka secara baik, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kepadanya kebaikan yang banyak. (Q.S Annisa:19).
Termasuk dalam hal yang baik yaitu, baik dalam bertutur kata, baik memperlakukannya, tidak bermuka masam ketika bertemu, begitu juga baik dalam nafkah. Bergaul dengan baik, berarti juga kesamaan dan kesetaraan. Artinya suami akan mendapat perlakuan baik dari istri ketika suami memperlakukan istrinya dengan baik. Bahkan suami diminta bersabar, menerima kekurangan dari istrinya. Juga ketika istri, tidak melaksanakan kewajibannya dengan maksimal.
“Janganlah suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti menyukai akhlak lain darinya”(HR Muslim).
Merupakan hak istri untuk mendapatkan nafkah dari suaminya, baik itu pangannya, pakaiannya, tempat tinggalnya dan semua keperluan yang disesuikan dengan kemampuan suami dan status istri. Bahkan dalam hal pangan, hak istri untuk mendapatkan makanan siap santap dari suaminya, demikian juga butuh tempat tinggal. Sebagian ahli fiqih mengatakan, tempat tinggal untuk istri, haruslah khusus untuk istri tersebut tidak boleh bercampur dengan keluarga lainnya. Dan jika istrinya berasal dari kalangan berada yang biasa dilayani dengan pembantu, maka haknya juga untuk mendapatkan pembantu yang disediakan oleh sang suami.
Merupakan sebuah kedzaliman, jika suami memiliki kelapangan ekonomi tetapi kikir terhadap istrinya. Bahkan cenderung mengebiri hak-haknya Sifat kikir amat dicela Allah dan Rasul-Nya. Apalagi jika itu dilakukan terhadap orang yang berhak, seperti istri. Oleh sebab itu, dalam kasus suami yang mampu tapi kikir, Rasulullah SAW memberi keringanan atas istri untuk mengambil harta suami sewajarnya, meski dengan diam-diam. Hal ini tidak dianggap pencurian, karena Ia memiliki hak pada harta suami.
Sungguh pria sejati yang menafkahi keluarga dari keringatnya sendiri, seorang pria sejati tidak memberi beban kepada istrinya untuk mencari nafkah apalagi sampai bergantung kepada pemberian istri, ini mencerminkan tanggungjawab dan kepemimpinan yang lemah.
Tidaklah seorang hamba dibebankan tanggungjawab untuk kemudian dia abai, melainkan dia tidak mencium aroma surga (HR Bukhari).
3. Saudara Laki-Laki yang Tidak Bertanggungjawab
Golongan laki-laki yang tidak masuk surga adalah saudara laki-laki, sebab jika ayahnya telah tiada, tanggungjawab menjaga seorang wanita adalah saudara lelakinya. Termasuk dalam hal ini paman, jika mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik atau keponakannya dibiarkan jauh dari ajaran Islam, maka tunggulah ancaman neraka di akhirat kelak.
Saudara laki-laki memiliki kewajibann yang melekat terhadap saudara-saudara perempuannya. Mulai dari mendidik, menyayangi, melindungi, dan membela mereka. Jika ayah telah wafat, maka saudara laki-laki berperan sebagai pengganti ayah, wajib memberikan nafkah kepada saudara perempuan yang belum menikah atau yang menjanda jika mereka tidak mampu.
Saudara perempuan wajib mentaati dan menghormati saudara laki-lakinya. Jika janda tersebut memiliki anak, maka anak tersebut yang wajib memberikan nafkahnya adalah ayahnya, jika Ayah telah wafat maka kakek dari ayah atau saudara dari ayah yang wajib memberi nafkah kepada anak-anak janda tersebut.
Saudara laki-laki yang menelantarkan saudara perempuan, maka Ia telah durhaka kepada orangtuanya. Tugas lain dari saudara laki-laki adalah menjaga harta saudara perempuannya, jangan malah mengkhianatinya dengan merampas hartanya. Ia juga tidak boleh menghalang-halangi jika ada orang baik yang melamar saudarinya.
4. Anak Laki-laki yang Tidak Merawat Orangtuanya
Golongan pria keempat yang masuk neraka karena gagal menjalankan tugasnya adalah anak laki-laki.
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya, Wahai Rasulullah siapakah orang yang palign berhak aku pergauli dengan sebaik-baiknya?”Sabdanya, “Ibumu” Ia lalu bertanya “kemudian siapa ?” Sabdanya “Ibumu” “kemudian siapa lagi?” Sabdanya “Ibumu”, “Kemudian siapa lagi”, Sabdanya “Ayahmu” (HR. Muslim).
Secara khusus, Islam menekankan hak ibu terhadap laki-laki kandungnya, mengapa terhadap anak perempuan kandungnya tidak. Karena setelah anak perempuan menikah Ia lebih berkewajiban mentaati suaminya dibanding Ibunya, sedangkan anak laki-laki meski sudah menikah, tidak mengurangi kewajibannya untuk berbakti kepada orangtuanya. Dan berbakti kepada Ibu lebih di dahulukan dari pada kepada istrinya. Jadi pengabdian anak laki-laki kepada Ibu kandungnya tidak putus, tetapi pengabdian anak perempuan lebih utama kepada suaminya. Oleh Karena itu, anak laki-laki lebih terikat kepada Ibunya dibanding anak perempuan. Laki-laki wajib menafkahi istri dan anaknya, dan juga wajib memperhatikan nasib ibu kandungnya. Jika ibunya tidak mampu, maka kewajiban nafkahnya juga menjadi tanggungjawabnya. Seorang Istri juga harus menyadari bahwa kewajiban suami juga terhadap ibu kandungnya, maka para istri doronglah suami untuk lebih berbakti kepada Ibunya.
Orang-orang yang durhaka kepada Ibu bapaknya, Allah akan menurunkan siksanya di dunia ini. Tidak harus menunggu menanti di alam kuburAtau di akhirat, siksaan itu berbagai macam bentuknya, bisa masalah keluarga yang tidak kunjung selesai, anak-anak yang tidak bisa diarahkan, rezeki yang tidak kunjung datang dan lain sebagainya. Maka penting bagi anak laki-laki untuk memperhatiakan Ibu kandungnya. Itu sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya jangan sampai tugas ini dilalaikan yang menjadi penyebab Ia terjerumus ke neraka.
Mereka adalah pria yang tidak mempedulikan anak-anaknya, atau sebagai suami yang tidak menjaga istrinya, sebagai saudara yang tidak menjaga kehormatan saudainya, dan seorang putra yang orang tuanya sudah tuan, namun tidak menjaga dan merawatnya dengan baik. Berikut ini uraian dari golongan pria yang masuk neraka
1. Ayah Durhaka
Golongan pria pertama yang masuk neraka adalah ayah yang tidak bertanggungjawab terhadap anak-anaknya. Ayah bukan hanya sekedar pasangan dari ibu, ayah bukan sekedar mesin ATM, setelah itu selesai urusan, ayah bukanlah sosok asing di rumah yang bicara seperlunya, atau hanya diperlukan Ayah merupakan pria yang bertanggungjawab terhadap keluarga, istri dan putra-putrinya. Tidak hanya bertanggungjawab terhadap , tapi juga akhlaknya, pendidikan, dan keberhasilan dunia dan akhirat. Inilah pesan Rasulullah SAW dalam sabdanya
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin, Seorang lelaki adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka.” (HR. Muslim)
Sementara dalam Alquran, Allah juga telah menggariskan tugas setiap orang beriman.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu atas api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS.At Tahrim:6)
Ayah merupakan benteng penjaga bagi putra-putrinya dari perbuatan maksiat dan dosa. Jangan sampai seorang ayah kehilangan kepekaan iman, sehingga membiarkan anggota keluarganya larut dalam gelimang maksiat dan dosa. Atau yang lebih parah Ia sendiri yang menjerumuskan istri dan anak-anaknya dalam dosa. Ada ancaman yang sangat berat terhadap ayah yang tidak perduli terhadap agama dan akhlaq putra putrinya.
Seperti ayah yang tidak peduli dengan pakaian anak-anaknya, membiarkan auratnya terbuka dan menjadi pemandangan umum. Atau seorang ayah yang membiarkan anaknya pergi berdua-duaan dengan lelaki lain yang bukan muhrimnya. Para pria seperti ini disebut dayyus, dan dayyus termasuk terancam orang yang tidak masuk surga. Jika surga tidak menerima, tentu neraka lah tempat kembalinya.
Tiga golongan yang Allah haramkan surga atas mereka adalah pecandu khamr, durhaka kepada orang tua dan dayus, yaitu orang yang tidak cemburu ketika bermaksiat orang bermaksiat dengan keluarganya. (HR Ahmad)
Ancaman terhadap ayah yang menjadi dayus sejatinya bertujuan agar mereka menjadi pemimpin yang baik bagi anggota keluarga lainnya. Hari-hari ini, banyak ayah yang merasa tanggungjawab dan pengasuhan anak sepenuhnya ada di Ibu. Ia sudah merasa cukup memenuhi mereka dengan berbagai fasilitas.
2. Suami yang Dzalim
Golongan kedua yang akan menjadi penghuni neraka yaitu suami yang durhaka dan dzalim kepada istrinya. Istri merupakan amanah yang dititipkan walinya kepada seorang pria yang bernama suami. Wali wanita itu tentu mau melepaskan anak, saudara mereka karena mereka yakin suaminya dapat menjaga anak dan saudara mereka dengan baik.
Pesan berbuat baik kepada wanita bukan saja harapan setiap wali, tetapi perintah yang jelas ditegaskan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam kitab dan sunnah.
....Dan bergaullah dengan mereka secara baik, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kepadanya kebaikan yang banyak. (Q.S Annisa:19).
Termasuk dalam hal yang baik yaitu, baik dalam bertutur kata, baik memperlakukannya, tidak bermuka masam ketika bertemu, begitu juga baik dalam nafkah. Bergaul dengan baik, berarti juga kesamaan dan kesetaraan. Artinya suami akan mendapat perlakuan baik dari istri ketika suami memperlakukan istrinya dengan baik. Bahkan suami diminta bersabar, menerima kekurangan dari istrinya. Juga ketika istri, tidak melaksanakan kewajibannya dengan maksimal.
“Janganlah suami yang beriman membenci istrinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti menyukai akhlak lain darinya”(HR Muslim).
Merupakan hak istri untuk mendapatkan nafkah dari suaminya, baik itu pangannya, pakaiannya, tempat tinggalnya dan semua keperluan yang disesuikan dengan kemampuan suami dan status istri. Bahkan dalam hal pangan, hak istri untuk mendapatkan makanan siap santap dari suaminya, demikian juga butuh tempat tinggal. Sebagian ahli fiqih mengatakan, tempat tinggal untuk istri, haruslah khusus untuk istri tersebut tidak boleh bercampur dengan keluarga lainnya. Dan jika istrinya berasal dari kalangan berada yang biasa dilayani dengan pembantu, maka haknya juga untuk mendapatkan pembantu yang disediakan oleh sang suami.
Merupakan sebuah kedzaliman, jika suami memiliki kelapangan ekonomi tetapi kikir terhadap istrinya. Bahkan cenderung mengebiri hak-haknya Sifat kikir amat dicela Allah dan Rasul-Nya. Apalagi jika itu dilakukan terhadap orang yang berhak, seperti istri. Oleh sebab itu, dalam kasus suami yang mampu tapi kikir, Rasulullah SAW memberi keringanan atas istri untuk mengambil harta suami sewajarnya, meski dengan diam-diam. Hal ini tidak dianggap pencurian, karena Ia memiliki hak pada harta suami.
Sungguh pria sejati yang menafkahi keluarga dari keringatnya sendiri, seorang pria sejati tidak memberi beban kepada istrinya untuk mencari nafkah apalagi sampai bergantung kepada pemberian istri, ini mencerminkan tanggungjawab dan kepemimpinan yang lemah.
Tidaklah seorang hamba dibebankan tanggungjawab untuk kemudian dia abai, melainkan dia tidak mencium aroma surga (HR Bukhari).
3. Saudara Laki-Laki yang Tidak Bertanggungjawab
Golongan laki-laki yang tidak masuk surga adalah saudara laki-laki, sebab jika ayahnya telah tiada, tanggungjawab menjaga seorang wanita adalah saudara lelakinya. Termasuk dalam hal ini paman, jika mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik atau keponakannya dibiarkan jauh dari ajaran Islam, maka tunggulah ancaman neraka di akhirat kelak.
Saudara laki-laki memiliki kewajibann yang melekat terhadap saudara-saudara perempuannya. Mulai dari mendidik, menyayangi, melindungi, dan membela mereka. Jika ayah telah wafat, maka saudara laki-laki berperan sebagai pengganti ayah, wajib memberikan nafkah kepada saudara perempuan yang belum menikah atau yang menjanda jika mereka tidak mampu.
Saudara perempuan wajib mentaati dan menghormati saudara laki-lakinya. Jika janda tersebut memiliki anak, maka anak tersebut yang wajib memberikan nafkahnya adalah ayahnya, jika Ayah telah wafat maka kakek dari ayah atau saudara dari ayah yang wajib memberi nafkah kepada anak-anak janda tersebut.
Saudara laki-laki yang menelantarkan saudara perempuan, maka Ia telah durhaka kepada orangtuanya. Tugas lain dari saudara laki-laki adalah menjaga harta saudara perempuannya, jangan malah mengkhianatinya dengan merampas hartanya. Ia juga tidak boleh menghalang-halangi jika ada orang baik yang melamar saudarinya.
4. Anak Laki-laki yang Tidak Merawat Orangtuanya
Golongan pria keempat yang masuk neraka karena gagal menjalankan tugasnya adalah anak laki-laki.
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya, Wahai Rasulullah siapakah orang yang palign berhak aku pergauli dengan sebaik-baiknya?”Sabdanya, “Ibumu” Ia lalu bertanya “kemudian siapa ?” Sabdanya “Ibumu” “kemudian siapa lagi?” Sabdanya “Ibumu”, “Kemudian siapa lagi”, Sabdanya “Ayahmu” (HR. Muslim).
Secara khusus, Islam menekankan hak ibu terhadap laki-laki kandungnya, mengapa terhadap anak perempuan kandungnya tidak. Karena setelah anak perempuan menikah Ia lebih berkewajiban mentaati suaminya dibanding Ibunya, sedangkan anak laki-laki meski sudah menikah, tidak mengurangi kewajibannya untuk berbakti kepada orangtuanya. Dan berbakti kepada Ibu lebih di dahulukan dari pada kepada istrinya. Jadi pengabdian anak laki-laki kepada Ibu kandungnya tidak putus, tetapi pengabdian anak perempuan lebih utama kepada suaminya. Oleh Karena itu, anak laki-laki lebih terikat kepada Ibunya dibanding anak perempuan. Laki-laki wajib menafkahi istri dan anaknya, dan juga wajib memperhatikan nasib ibu kandungnya. Jika ibunya tidak mampu, maka kewajiban nafkahnya juga menjadi tanggungjawabnya. Seorang Istri juga harus menyadari bahwa kewajiban suami juga terhadap ibu kandungnya, maka para istri doronglah suami untuk lebih berbakti kepada Ibunya.
Orang-orang yang durhaka kepada Ibu bapaknya, Allah akan menurunkan siksanya di dunia ini. Tidak harus menunggu menanti di alam kuburAtau di akhirat, siksaan itu berbagai macam bentuknya, bisa masalah keluarga yang tidak kunjung selesai, anak-anak yang tidak bisa diarahkan, rezeki yang tidak kunjung datang dan lain sebagainya. Maka penting bagi anak laki-laki untuk memperhatiakan Ibu kandungnya. Itu sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya jangan sampai tugas ini dilalaikan yang menjadi penyebab Ia terjerumus ke neraka.